Seberapa sering kita membuat pewajaran atau pemakluman dengan berkata “saya juga manusia biasa yang bisa salah.” atau “wajar kan kalau saya begitu? Saya juga manusia walaupun saya seorang bla bla bla.”
Tidak ada yang salah dengan pemakluman atau pewajaran. Lagi-lagi itu wajar saja. Tapi haruskah kita terus menerus merasa aman dengan pewajaran itu? Tanpa mau bergerak. Tanpa mau berdiri memecah dinding-dinding keterbatasan kita. Tanpa berpikir bagaimana menembus semua kelemahan kita dan menjadikannya kekuatan. Hanya diam. Seolah tembok “aku hanya manusia biasa” adalah benteng pertahanan hebat untuk kesalahan-kesalahan kita. Membuat kita toleran pada kesalahan itu tanpa upaya untuk bergerak lebih baik.
Bukan. Ini bukan tentang kita yang hanya manusia biasa. Tapi ini tentang kita yang memang harus berbuat luar biasa. Bukan untuk diri kita sendiri atau apalagi untuk sekadar menyenangkan orang lain. Kita memang harus berbuat luar biasa karena setidaknya kita ini khalifah yang ditunjuk Sang Kreator. Berhentilah menoleransi diri sendiri. Kita boleh saja salah asal belajar dan tak mengulanginya lagi.
Ruang move up
06.52
27 Sept 2013
Sebuah renungan dan pengingat untuk diri sendiri yang terlalu sering membuat berbagai pewajaran.
Terinspirasi oleh “Bukan Malaikat Rehat” Tasaro GK
Kita, manusia, memang tak kan pernah bisa sempurna, tapi kita, manusia, selalu punya kesempatan untuk menjadi lebih baik.
very good… nasehat yang bagus
Ujung-ujungnya saya khilaf.
Ayo move on!
😀
🙂 move up!