Kak, sedang apa engkau ditempatmu?
Masihkah mematut layar tabletmu
Membuka ruang whatsapp
Membalas huruf-huruf ocehanku
Mengetik panjang-panjang
Demi kata “give me words” yang kulontarkan
Kak, sudahkah engkau tertidur?
Ada deretan huruf yang tak tampak di layarmu
Ada sebongkah rasa yang mengkristal dalam senyumku
Ada dolphinmu yang berkicau di dinding biruku
Ada gigimu yang berjajar rapi menertawaiku
Ada frase “Terima Kasih” yang mengurai
Atas “words” yang selalu kauberi
Atas kesediaanmu kupanggil “Kakak”
Atas caramu mengingatkanku
Atas Septembermu yang membawaku ke kota impian
Atas sahabat-sahabatmu yang merangkulku
Atas pelajaran organisasi yang kauteladankan
Atas sop dan tumis tahu yang kauhidangkan
Atas perjalanan Bandung-Depok-Jakarta-Cibinong yang penuh makna
Atas voice note “Happy Birthday Himsa” dan nasihat manisnya yang masih sering terputar
Atas khutbah Jumat
Atas apapun. Terlalu banyak.
Kak,
Kau bukan sahabat
Kau bukan keluarga
Kau kombinasi dari semua itu.
Kak,
Jangan lupa hadang jalan raya saat hari bahagiaku nanti ya.
Kak, sudahlah.
Awalnya aku ingin menulis puisi tapi rasanya tulisan ini tak ada puitis-puitisnya. Jadi biarlah.
Aki hanya sedang tersenyum atas nasihatmu (lagi) malam (atau pagi?) ini. :’)
Pojok Biru 2,
16 Juni 2013
00.12
Untuk seorang Kakak yang amat mencintai adik-adiknya, walaupun secara biologis, ia anak tunggal. Untuk seorang Kakak yang selalu mengingatkan. Semoga yang terbaik untukmu 🙂
Reblogged this on P.A.R and commented:
Speechless! Terima kasih adikku sayaaaang. Love yaa! ❤