
Dalam setiap pertemuan, selalu ada cerita terkenang. Barangkali mengendap di ranah minang. Barangkali membisu dalam denting jam gadang. Namun, selalu ada masa saat kita semua harus pulang.
Akan ada rindu mengerjap, menanti obrolan bersama seduhan teh talua, menggumpal dalam sajian nasi kapau. Lalu di telinga kita, saling mengiang kosakata pemecah gelak tawa. Ingatkah kau? Baralek. Tabolok. Mantiak. Dan masih banyak kata lagi yang kujadikan oleh-oleh. Cerita singkat bermakna padat. Terlalu cepat sampai kita ingin membuat laju waktu tersendat.
Tak apa. Ada lengkung senyum setiap mengingat tawamu, Kawan. Walaupun gelar juara tak mampu kita raih, bertemu denganmu saja sudah menjejakkah hikmah. Bahwa kemenangan tak selalu berarti menjadi yang terunggul. Barangkali berhasilnya hati menerima semua hasil akhir dengan perasaan tenteram adalah kemenangan sesungguhnya. Tak apa. Ada ide-ide kita yang pernah saling bertukar. Juga menjadi oleh-oleh yang melengkungkan bibir dan kerut dahiku.
Sudah, Kawan. Biar ini terkenang dalam lembaran foto tanpa kertas di kotak ajaib kita masing-masing. Yang hanya dengan itu seolah waktu berhenti dan merekam cerita kita. Sudah, Kawan. Selamat bercengkerama kembali dalam aktivitasmu. Kembali lalui alur hidup yang mungkin lebih berkelok dari jalanan Solok. Barangkali akan ada waktu kita berjumpa kembali, entah di ranah mana. Lalu kita kembali saling memaknai ide demi ide yang kita bawa. Semoga.
Pojok Biru 2,
18 Maret 2013
06.14
Waktu bagian rindu jam gadang
pengen ke sanaaaaaaaaaaaaaaa.. tapi kapan ? T.T
pengen ke jogja malaaah 😀
Hayuk kapan ke jogja 🙂