Baru pertama kali aku memperoleh puisi balasan, tanpa kuminta. Ia menebak-nebak makna puisi “Hujan” yang sebenarnya terangkai begitu saja dari tuts-tuts hitamku. Ya, dia benar, setiap kata menyimpan makna, begitupun hujan sore itu yang kutulis. Tak pernah kusangka dia benar-benar mencari dan menyelami maknanya, berkali-kali bertanya padaku benar demikian atau tidak, berkali-kali kukatakan “bukan begitu”. Lalu terakhir saat aku mengatakan “iya benar” , melalui ruang maya bernama whatsapp, dia memberikan sebuah link. Puisi balasan darinya. “Spesial buat kamu, Himsa.” katanya. Aku tahu ini bentuk sayangnya untukku. :’)
Jika Hujan itu Masih Miliknya
Jika hujan sore ini masih miliknya..
Jangan biarkan hujan itu membuatmu kuyup.
Jika hujan sore ini masih miliknya lagi..
Yang baunya akan tetap terekam jelas meski sudah menjauh pergi
Jangan biarkan dirimu terhanyut dalam buaian bau itu.
Meski hujan rintik ini tetap miliknya..
Yang masih akan tetap bisa ditempuh oleh semua orang dan meninggalkan jejak-jejaknya.
Walau hujan ini selalu miliknya..
Jangan biarkan gemuruh yang ikut bersamanya membuatmu meragu.
Mendekatlah..
Karena banyak yang menawarimu payung unntuk tempat berteduh.
Mendekatlah..
Karena ada banyak mantel yang tersedia untuk melindungimu dari terpaan hujan itu
Akan selalu ada yang menawarimu segelas minuman hangat untuk menghilangkan dingin hujan itu.
Dan jika hujan malam ini masih miliknya
Seperti katamu dulu, biarkan angin yang akan menghembuskan awan mendung itu menjauh
Dan membawa pesan agar ruang itu tak ada. Untuk orang lain, bahkan mungkin untukmu sendiri..
Balasan puisi “Hujan”
Ditulis oleh Nina untuk Himsa di http://www.tulisandari-nina.co.cc/
🙂
I think I know what “hujan” means.. hehe =)
#edisibarungepo –“
😀
sekarang jendelanya udah menutup.. jd udah ga liat hujan lagi 🙂